“Hina bagi mereka yang tak tahu dan tak mengerti, tapi tidak bagi mereka yang mengetahuinya secara mendalam, secara lebih dekat, dan lebih jujur.” Kalimat inilah barangkali layak disematkan kepada Mantan Presiden RI ke-2, H. Muhamad Soeharto. Di tengah menggumpalnya berbagai sorotan negatif dan penilaian buruk terhadapnya, presiden yang akrab dengan nama Pak Harto ini ternyata juga menyimpan segudang pujian. Hal ini terlihat dalam sekumpulan testimoni yang terangkum dalam buku “Pak Harto The Untold Strories”.
Buku besutan Mahpudi, dkk yang diterbitkan PT Kompas Gramedia Pustaka Utama (2011) ini menjadi kompilasi historis kehidupan Soeharto dari berbagai sisi. Buku ini seperti hendak membuka “tira-tirai” sejarah yang tak terekspose selama ini. Buku ini pula seperti membenarkan ungkapan, “Setiap orang memiliki keistimewan-keistimewaan.”
Berikut ini sebagian isi buku tentang testimoni terhadap presiden yang memimpin Indonesia selama 32 tahun oleh sahabat-sahabat karibnya:
1.Paham Nasib Rakyatnya (Wiranto, mantan Panglima)
Setiap kali hendak bermain golf di Rawamangun, Pak Harto hanya dikawal satu jip pengawal di belakang. Posisi duduk pun berubah, Pak Harto di samping pengemudi, ajudan di belakang. Suatu kali ketika tiba di Jalan Paramuka dan hendak belok kiri ke arah rawamangun, antrean kendaraan yang dihentikan polisi sudah terlalu panjang. Terdengar klakson bersahut-sahutan. Mengetahui itu, lantas Soeharto berpesan, “Lain kali polisi tidak perlu menyetop mereka terlalu lama. Mereka kan punya keperluan yang mendesak, sedang saya kan hanya mau berolahraga. Jadi biar saya menunggu sebentar, kan tidak apa-apa.”
2.Paham Nasib Rakyatnya (Tengku Zulkarnain, Ulama asal Medan)
Pertanyaan saya terjawab setelah mendarat di kampung itu. saya melihat penduduk yang sederhana bisa hidup nyaman di tanah leluhur mereka. Di tempat seterpencil itu ada pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), ada SD inpres dengan guru-gurunya, juga ada rumah ibadah. Pemerintah yang menyediakan itu semua. Kenyataan itu mulai mengusik nurani saya yang bertanya, jika Pak Harto dibilang jahat, masak orang jahat berbuat kebaikan yang seniscaya itu?
3.Paham Nasib Rakyat (Emil Salim, anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI)
Baru ketika kami tiba di Vatikan, saya bisa melaporkan bahwa krisis pangan di Indonesia sudah teratasi, ini membuat Pak Harto tampak sedikit tenang. Seusai acara kenegaraan, setelah tiba di tempat menginap di wisma Indonesia di Vatikan, Pak Harto langsung mengganti pakaian kerja resmi dengan sarung dan kaos oblong. Setelah itu beliau keluar dari kamar dan mengumpulkan kami di ruang makan dan berkata, “Sekarang saatnya kita bisa makan dengan tenang, karena saudara-saudara kita di Tanah Air juga sudah dapat makan dengan tenang.” Saya melihat kelegaan yang sangat di wajah Pak Harto. Dengan penuh syukur kepada Tuhan yang Mahakuasa, kami semua menikmati nasi hangat dan menu yang sangat Indonesia, lengkap dengan sambalnya.
4.Paham Nasib Rakyat (Sayidiman Suryohadiprojo, mantan Dubes RI untuk Jepang)
Saya terkejut mendapat perhatian Pak Harto yang luar biasa, “Istrimu sakit kan? Bawa sekalian berobat, tidak usah berpikir biaya. Gajimu kan tidak seberapa, kecil di sana. Biar nanti ada yang mengurus biayanya,” kata Pak Harto. Sepotong peristiwa itu menorehkan kenangan mendalam di hati saya. Pandangan saya akan Pak Harto berubah, dari sekadar pemimpin di pemerintahan menjadi orang tua sekaligus sahabat yang memang harus diberi masukan-masukan yang benar.
5.Pengajar Kebijaksanaan (Begug Poernomasidi, Bupati Wonogiri 1999-2009)
“Menjadi pejabat itu jangan untuk mencari jenang (materi), tapi carilah jeneng (nama baik). Kalau kamu sudah memperoleh jeneng, maka jenang akan datang kepadamu dengan sendirinya,” itu petuah Pak Harto yang selalu saya pegang.
6.Pengajar Kebijaksanaan (Sudwikatmono, pengusaha)
“Bisnis itu ada hukumnya. Kamu tidak boleh menzalimi orang. Kalau utang harus dikembalikan. Berdagang harus jujur, kalau tidak maka kita tidak akan dipercaya orang,” begitu salah satu pesan Pak Harto. Pesan beliau itu terus saya ingat dan saya amalkan.
7.Sosok Sederhana (JB. Sumarlin, Ketua BPK 1993-1998)
Suatu sore di tahun 1984 saya menghadap Pak Harto di kediaman beliau. Pak Harto minta disiapkan makanan ringan, eh yang datang dua gelas pop mie. Pegawai dapur membuka plastik penutup lantas menuangkan air panas. Setelah menunggu sekitar tiga menit, baru mi instan itu diaduk. Kami pun menyeruput kuahnya dan makan bersama. Itulah pertama kali saya makan pop mie. Orang mengira makanan yang disuguhkan Pak Harto itu mewah dan mahal. Meskipun beliau itu presiden, Pak Harto tidak canggung menyantap mi instan seperti rakyat kebanyakan di luar.
8.Dirindukan Karena Prestasinya (Sultan Haji Hassan Al Bolkiah, sultan pertama Brunei)
Saya berasa sedih karena Presiden Soeharto tidak lagi ada bersama-sama kita. Namun demikian, saya percaya bahwa segala pencapaiannya semata bagi Republik Indonesia yang dicintainya maupun pertumbuhan ASEAN, kesemuanya merupakan bukti yang nyata terhadap warisan keemasan yang diturunkannya kepada rantau kita.
9.Dikenang Negara Lain (Fidel Ramos, Presiden Filipina ke-13)
Dengan difasilitasi oleh Pak Harto, pertemuan itu akhirnya dilaksanakan di Istana Cipanas, Jawa Barat, Indonesia. Perundingan damai digelar pada 14-17 April 1993 dihadiri faksi-faksi yang bertikai, perundingan itu membuahkan sejarah besar bagi kami bangsa Filipina, yaitu terciptanya kesepakatan damai antara mereka yang bertikai dan mempersatukan kembali bangsa kami beragam dalam naungan kesatuan nasional Filipina.
10.Tegas Mengatasi Masalah (Tun Mahathir bin Muhammad, Perdana Menteri Malaysia)
Pak Harto adalah pemimpin yang memahami begitu banyak masalah, sehingga beliau bisa mengatasinya untuk kemudian membangun negara Indonesia dengan baik. Memang ada yang berpendapat bahwa pemerintahan Pak Harto keras, tetapi kami tidak melihatnya seperti itu, karena tidak mungkin suatu pemerintahan tidak berlaku tegas, dengan membiarkan sama sekali adanya masalah-masalah. Banyak negara yang merdeka pada waktu yang bersamaan, sampai sekarang tidak mengalami kemajuan apa-apa karena adanya civil war, perang saudara. Namun Pak Harto dapat mengawal sehingga Indonesia bisa menjadi sebuah negara jaya.
Buku besutan Mahpudi, dkk yang diterbitkan PT Kompas Gramedia Pustaka Utama (2011) ini menjadi kompilasi historis kehidupan Soeharto dari berbagai sisi. Buku ini seperti hendak membuka “tira-tirai” sejarah yang tak terekspose selama ini. Buku ini pula seperti membenarkan ungkapan, “Setiap orang memiliki keistimewan-keistimewaan.”
Berikut ini sebagian isi buku tentang testimoni terhadap presiden yang memimpin Indonesia selama 32 tahun oleh sahabat-sahabat karibnya:
1.Paham Nasib Rakyatnya (Wiranto, mantan Panglima)
Setiap kali hendak bermain golf di Rawamangun, Pak Harto hanya dikawal satu jip pengawal di belakang. Posisi duduk pun berubah, Pak Harto di samping pengemudi, ajudan di belakang. Suatu kali ketika tiba di Jalan Paramuka dan hendak belok kiri ke arah rawamangun, antrean kendaraan yang dihentikan polisi sudah terlalu panjang. Terdengar klakson bersahut-sahutan. Mengetahui itu, lantas Soeharto berpesan, “Lain kali polisi tidak perlu menyetop mereka terlalu lama. Mereka kan punya keperluan yang mendesak, sedang saya kan hanya mau berolahraga. Jadi biar saya menunggu sebentar, kan tidak apa-apa.”
2.Paham Nasib Rakyatnya (Tengku Zulkarnain, Ulama asal Medan)
Pertanyaan saya terjawab setelah mendarat di kampung itu. saya melihat penduduk yang sederhana bisa hidup nyaman di tanah leluhur mereka. Di tempat seterpencil itu ada pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), ada SD inpres dengan guru-gurunya, juga ada rumah ibadah. Pemerintah yang menyediakan itu semua. Kenyataan itu mulai mengusik nurani saya yang bertanya, jika Pak Harto dibilang jahat, masak orang jahat berbuat kebaikan yang seniscaya itu?
3.Paham Nasib Rakyat (Emil Salim, anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI)
Baru ketika kami tiba di Vatikan, saya bisa melaporkan bahwa krisis pangan di Indonesia sudah teratasi, ini membuat Pak Harto tampak sedikit tenang. Seusai acara kenegaraan, setelah tiba di tempat menginap di wisma Indonesia di Vatikan, Pak Harto langsung mengganti pakaian kerja resmi dengan sarung dan kaos oblong. Setelah itu beliau keluar dari kamar dan mengumpulkan kami di ruang makan dan berkata, “Sekarang saatnya kita bisa makan dengan tenang, karena saudara-saudara kita di Tanah Air juga sudah dapat makan dengan tenang.” Saya melihat kelegaan yang sangat di wajah Pak Harto. Dengan penuh syukur kepada Tuhan yang Mahakuasa, kami semua menikmati nasi hangat dan menu yang sangat Indonesia, lengkap dengan sambalnya.
4.Paham Nasib Rakyat (Sayidiman Suryohadiprojo, mantan Dubes RI untuk Jepang)
Saya terkejut mendapat perhatian Pak Harto yang luar biasa, “Istrimu sakit kan? Bawa sekalian berobat, tidak usah berpikir biaya. Gajimu kan tidak seberapa, kecil di sana. Biar nanti ada yang mengurus biayanya,” kata Pak Harto. Sepotong peristiwa itu menorehkan kenangan mendalam di hati saya. Pandangan saya akan Pak Harto berubah, dari sekadar pemimpin di pemerintahan menjadi orang tua sekaligus sahabat yang memang harus diberi masukan-masukan yang benar.
5.Pengajar Kebijaksanaan (Begug Poernomasidi, Bupati Wonogiri 1999-2009)
“Menjadi pejabat itu jangan untuk mencari jenang (materi), tapi carilah jeneng (nama baik). Kalau kamu sudah memperoleh jeneng, maka jenang akan datang kepadamu dengan sendirinya,” itu petuah Pak Harto yang selalu saya pegang.
6.Pengajar Kebijaksanaan (Sudwikatmono, pengusaha)
“Bisnis itu ada hukumnya. Kamu tidak boleh menzalimi orang. Kalau utang harus dikembalikan. Berdagang harus jujur, kalau tidak maka kita tidak akan dipercaya orang,” begitu salah satu pesan Pak Harto. Pesan beliau itu terus saya ingat dan saya amalkan.
7.Sosok Sederhana (JB. Sumarlin, Ketua BPK 1993-1998)
Suatu sore di tahun 1984 saya menghadap Pak Harto di kediaman beliau. Pak Harto minta disiapkan makanan ringan, eh yang datang dua gelas pop mie. Pegawai dapur membuka plastik penutup lantas menuangkan air panas. Setelah menunggu sekitar tiga menit, baru mi instan itu diaduk. Kami pun menyeruput kuahnya dan makan bersama. Itulah pertama kali saya makan pop mie. Orang mengira makanan yang disuguhkan Pak Harto itu mewah dan mahal. Meskipun beliau itu presiden, Pak Harto tidak canggung menyantap mi instan seperti rakyat kebanyakan di luar.
8.Dirindukan Karena Prestasinya (Sultan Haji Hassan Al Bolkiah, sultan pertama Brunei)
Saya berasa sedih karena Presiden Soeharto tidak lagi ada bersama-sama kita. Namun demikian, saya percaya bahwa segala pencapaiannya semata bagi Republik Indonesia yang dicintainya maupun pertumbuhan ASEAN, kesemuanya merupakan bukti yang nyata terhadap warisan keemasan yang diturunkannya kepada rantau kita.
9.Dikenang Negara Lain (Fidel Ramos, Presiden Filipina ke-13)
Dengan difasilitasi oleh Pak Harto, pertemuan itu akhirnya dilaksanakan di Istana Cipanas, Jawa Barat, Indonesia. Perundingan damai digelar pada 14-17 April 1993 dihadiri faksi-faksi yang bertikai, perundingan itu membuahkan sejarah besar bagi kami bangsa Filipina, yaitu terciptanya kesepakatan damai antara mereka yang bertikai dan mempersatukan kembali bangsa kami beragam dalam naungan kesatuan nasional Filipina.
10.Tegas Mengatasi Masalah (Tun Mahathir bin Muhammad, Perdana Menteri Malaysia)
Pak Harto adalah pemimpin yang memahami begitu banyak masalah, sehingga beliau bisa mengatasinya untuk kemudian membangun negara Indonesia dengan baik. Memang ada yang berpendapat bahwa pemerintahan Pak Harto keras, tetapi kami tidak melihatnya seperti itu, karena tidak mungkin suatu pemerintahan tidak berlaku tegas, dengan membiarkan sama sekali adanya masalah-masalah. Banyak negara yang merdeka pada waktu yang bersamaan, sampai sekarang tidak mengalami kemajuan apa-apa karena adanya civil war, perang saudara. Namun Pak Harto dapat mengawal sehingga Indonesia bisa menjadi sebuah negara jaya.
1 komentar:
semua orang ada baiknya, ada jahatnya. tidak boleh dinilai dgn menutup sebelah mata
Posting Komentar